SILAHKAN MENONTON

Media Literacy - Situs Tv Online Streaming

mnc MIVO sindo berita satu telkomvision arena wwe movie star movie filmon HBO PLUS kids HBO FAMILY axnblk animax mtv bbc bc vit fashion fashion fashion fashion fashion fashion fashion fashion fashion

Media Literacy Tv - Situs Tv Online Streaming

Tuesday, July 2, 2013

MENJENGUK TUHAN

Pagi itu sepulangnya dari warkop (warung kopi), Semprul berpapasan dengan Kang Sodron yang berjalan dengan terburu-buru sambil membawa sebuah bungkusan ditangan kanannya.

"Assalaamu'alaykum, Kang. Mau kemana nih kok kelihatannya buru-buru gitu. Itu bawa apaan?" Semprul menyapa.

"Wa'alaykum salam. Ini makanan. 'Afwan, saya terburu-buru mau menjenguk Tuhan." Sodron menyahut sambil terus berlalu.

"Hah, menjenguk Tuhan?" Ucap Semprul lirih. Karena penasaran, Semprul mengikuti Kang Sodron kemana dia pergi. Hingga akhirnya Sodron sampai disebuah gubuk reot. Semprul mencoba mendekat dengan mengendap-endap agar tahu lebih jelas.

Betapa kagetnya Semprul manakala melihat Kang Sodron yang ternyata menemui seorang kakek tua yang tinggal di gubuk reot yang terletak di belakang ponpes.

"Wah, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus lapor Mbah Yai." Semprul bergegas meninggalkan tempat itu. Dengan tergesa-gesa ia pulang ke ponpes dan menemui Mbah Yai. Semprul melaporkan kepada Mbah Yai bahwa ternyata Kang Sodron kini telah murtad dan kafir. Dia telah memiliki Tuhan baru selain Allah. Mbah Yai tidak gegabah, beliau tampak tenang. Namun, beberapa Santri yang ikut mendengarkan laporan itu naik pitam. Mereka segera menyusul dimana Sodron berada dan menyeretnya ke hadapan Kiyai. 

Bagaikan api yang membakar hutan dimusim kemarau. Berita tentang kemusyrikan Kang Sodron menyebar begitu cepat. Semua santri putra dan putri mengumpul di depan halaman Masjid, hendak melihat Kang Sodron yang akan dieksekusi.

Beberapa Santri yang tak kuat menahan emosi sempat memukul wajah Kang Sodron. Hampir saja Kang Sodron dimassa oleh para Santri putra. Untung Mbah Yai segera menengahi.

"Kang, apa benar sampean punya Tuhan selain Allah?" Dengan penuh kelembutan, Mbah Yai mencoba mengintrogasi.

"Wallaahi, Kiyai. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah." Sodron menjawab.

Mbah Yai tampak tenang, dialihkannya pandangan ke arah Semprul tanda meminta penjelasan. Semprul pun angkat bicara, "Dusta Kiyai, saya saksinya. Tadi pagi Kang Sodron bilang ke saya katanya akan menjenguk Tuhan. Setelah saya buntuti dari belakang. Ternyata dia telah menemui kakek kakek tua yang tinggal di belakang ponpes. Dia pasti sudah terpengaruh aliran sesat, Kiyai."

Mbah Yai terdiam sesaat, hatinya remuk redam mendengar penjelasan Semprul. Tak terasa air matanya menitik. Dipegangnya kedua bahu santrinya itu. Seolah tak percaya, Mbah Yai mencoba meminta penjelasan dari Sodron. Mbah Yai mendongakkan kepala Sodron yang tertunduk sedari tadi. Tampak bercak darah disudut bibirnya. Dengan penuh kelembutan, Mbah Yai mengusapnya dengan sorban beliau yang tersampir dipundak. Sekali lagi Mbah Yai bertanya dengan halus, "Wahai anakku, apakah semua itu benar? Bisakah kau berikan jawaban?"

Suasana haru menyelimuti semua para santri khususnya santri putri. Betapa Mbah Yai adalah sesosok yang patut dijadikan panutan. Tanpa amarah, tanpa emosi beliau menghadapi masalah sepelik ini.

Dengan sisa-sisa tenaga, Sodron mencoba membuka mulutnya.

"Itu semua benar, Kiayi."

Jedddeeeerrr.... Bagai disambar halilintar, merahlah telinga semua santri. Mereka kembali ricuh. Mbah Yai mencoba menenangkan. Seolah tahu bahwa Sodron belum selesai bicara. Sodron mengambil nafas sejenak, kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Tapi, Kiayi. Bukankah Kiayi sendiri yang mengajarkan kepada kami. Bukankah manakala kita menjenguk orang sakit sama halnya kita telah menjenguk Tuhan, Kiayi? Kakek tua itu hidup sebatang kara dan sedang sakit. Saya hanya ingin menjenguknya dan memberikan sebungkus nasi untuk beliau makan."

Cesss... Hawa dingin menyejukkan merasuki relung hati sang Kiayi dan para santri. Jelas sudah perkara. Semua tersenyum lega. Namum tidak dengan Semprul, mukanya tertunduk menahan malu. 

"Waduh, mati aku. Kenapa aku tidak berfikir sampai kesitu?" Hati Semprul berkecamuk.

Kang Salim yang sedari tadi berdiri tenang sambil mengelus-elus kayu rotannya disamping Kiayi menyorotkan mata tajam ke arah Semprul. Hati Semprul jadi tambah ga karuan.

"Duh, bahaya ini." Semprul bersiap mengambil langkan seribu, dan . . . . "Wusss..." ia lari tunggang langgang.

"Woooii... Tunggu...! Jangan lariiii..." Sambil mengacungkan rotannya, Kang Salim mengejar Semprul.

--0o0o0--

Wahai Sobat HIAS, janganlah kita terburu-buru memfonis seseorang itu kafir ataupun musyrik. Jika kita tidak tahu persis bagaimana keadaan yang sebenarnya.

Sama halnya manakala kita melihat saudara kita pergi ke dokter. Kita tidak tahu persis, apakah orang itu percaya bahwa dokter itulah yang mampu menyembuhkan, ataukah melalui perantara dokter itu mereka berharap agar Allah menyembuhkannya.

Hanya dia dan Allah yang tahu, kita tidak akan tahu kecuali dia mengakuinya sendiri dihadapan kita.

Begitu juga halnya ketika kita melihat orang pergi kekuburan. Janganlah terburu-buru kita mengklaimnya sebagai kuburiyun, penyembah kubur, musyrik, kafir, murtad, ahli nar. Karena kita tidak tahu persis apa yang ada dihati mereka dan ada tujuan apa mereka kekuburan. Barangkali mereka ingin dzikrul maut, ziarah, dll. Lebih baik berhusnudzan saja.

* * *

Nah, ngomong-ngomong soal menjenguk orang sakit. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda :

“Sesungguhnya Allah Yang Maha Besar berfirman pada hari kiamat, “Wahai anak Adam, Aku sakit namun kamu tidak menjenguk-Ku.” Ia berkata, “Wahai Tuhan saya, bagaimana saya menjenguk- Mu, sedang Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Dia berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba- Ku Fulan sakit, namun kamu tidak menjenguknya? Tidakkah kamu mengetahui, seandainya kamu menjenguknya, niscaya kamu mendapati Aku di sisinya. 

Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, namun kamu tidak memberi-Ku makan.” Ia berkata, “Wahai Tuhan saya, bagaimana saya memberi makan kepada-Mu, sedangkan Engkau Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba Ku si Fulan minta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya makan? Apakah kamu tidak mengetahui bahwa seandainya kamu memberinya makan, niscaya kamu mendapatkannya di sisi-Ku? 

Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tapi kamu tidak memberiku minum.” Ia berkata, “Bagaimanakah saya memberi-Mu minum, sementara Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah berfirman, “Hambaku si Fulan minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya minum. Sesungguhnya seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu mendapatinya di sisi-Ku.”

Wallaahu a'lam...

Jangan lupa dishare atau bagikan agar teman teman Anda pun dapat mengambil hikmah dari postingan ini.

SUMBER : Humor Islami Ala Santri 

No comments:

Post a Comment

trima kasih atas komentarnya....
anda puas... kami lemas...
capek tau nulis sambil mikir.... hehehehe