SILAHKAN MENONTON

Media Literacy - Situs Tv Online Streaming

mnc MIVO sindo berita satu telkomvision arena wwe movie star movie filmon HBO PLUS kids HBO FAMILY axnblk animax mtv bbc bc vit fashion fashion fashion fashion fashion fashion fashion fashion fashion

Media Literacy Tv - Situs Tv Online Streaming

Tuesday, July 3, 2012

Politik Dakwah dan Ancaman Ruang Publik

Menguatnya komersialisasi dan dunia industri komunikasi saat ini memang telah memungkinkan pesan-pesan komunikasi kian menerpa kuat dalam ruang privat dan publik. Dakwah pun kemudian bisa berlabel partai politik.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masdar Farid Mas'udi menyatakan ikut memahami keresahan warga Muhammadiyah dengan maraknya dakwah berlabel partai politik. Masdar mengakui fenomena gerakan dakwah yang menggunakan label parpol memang terjadi. Menurut Masdar, partai politik yang menggunakan dakwah umat untuk tujuan politik tidaklah gentlemen. Pendiri Perhimpunan Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat (P3M) ini mengakui pula adanya gerakan dakwah tertentu yang telah mempergunakan sarana peribadatan umat untuk perekrutan dan sarana mencapai tujuan parpol (SINDO, Selasa, 01/05/2007). Menguatnya komersialisasi dan dunia industri komunikasi saat ini memang telah memungkinkan pesan-pesan komunikasi kian menerpa kuat dalam ruang privat dan publik. Pesan-pesan keagamaan selama beberapa dasawarsa pasca reformasi nampak turut serta merespons perkembangan komersialisasi dan industri komunikasi. Pesan-pesan keagamaan telah disajikan baik melalui media (mediated) maupun di luar media (non-mediated) kian variatif. Pesan-pesan keagamaan juga telah mampu menyesuaikan diri memasuki ranah post-jurnalism-dalam bentuk sinetron, tayangan kriminal, dialog in teraktif, film dll. Televisi kadangkala tampak begitu "religius" nya, ketika dakwah dan pesan-pesan keagamaan disajikan dalam berbagai program. Hal ini bahkan makin kentara menjelang dan pada masa bulan Ramadhan, dimana semua stasiun TV berlomba-lomba menayangkan tayangan yang "religius", dan dengan artis yang seringkali "tiba-tiba tampil menjadi sangat relegius". Market Oriented dan Propaganda

Kritik yang pernah muncul dalam merespons tayangan dakwah keagamaan televisi yaitu, trend agama sebagai pasar hiburan dan Mc Donaldisasi Agama. Pertama, trend agama yang ditempatkan sebagai pasar hiburan diungkapkan oleh Khamami Zada. Menurutnya, fenomena semacam ini terutama nampak ketika hampir tiap malam menjelang sahur, prime time televisi banyak diisi artis dengan gaya jenaka. Belum lagi acara prime time yang disuguhkan melalui sinetron, terutama di RCTI, Indosiar, dan SCTV, yang dari tahun ke tahun selalu menampilkan artis-artis yang sama (Tamara Bleszynski, Teuku Riyan, Anjasmara, Sahrul Gunawan, Gunawan, dan lainnya). Fenomena ini menunjukkan, industri hiburan menjadi komoditas yang mampu menarik perhatian meski di bulan Ramadhan yang secara normatif umat Islam diperintahkan untuk memperbanyak ibadah (Khamami Zada, Kompas, 3 Oktober, 2006)

Kedua, Mc Donaldisasi Agama dimana fenomena inilah yang disinyalir oleh Thomas L. McPhail (1998) sebagai salah satu bentuk kolonialisme elektronik. Terminologi Mc Donaldisasi mengadopsi pendapat George Ritzer (1993), yang menggambarkan bentuk partikular dari proses rasionalisasi dan standardisasi dari seluruh wilayah kehidupan. Proses rasionalisasi dan standardisasi ini kemudian akan mengarah pada homogenisasi dan penyeragaman pada industri jasa yang mengalami massifikasi karena dibombardir oleh iklan. Dengan kecenderungan-kecenderungan McDonaldisasi semacam itu, maka agama akan menemukan dirinya sebagai sebuah entitas produk budaya masa dan kemudian hanyut dalam arus kuat pusaran pasar. Budaya masa semacam ini dituduh oleh David Riesman dan William Kornhauser sebagai the decline of traditional religious and moral attachments, and the rise of sophisticated propaganda techniques that could manipulate the mass and achieve consent (dalam Craig Calhoun, 2002).

Khamami Zada (2006) berpendapat bahwa fenomena market oriented yang muncul dibalik program-program tayangan keagamaan seringkali tidak secara sadar ditangkap pemirsa (umat dan agamawan) sehingga yang terjadi adalah industrialisasi agama. Fenomena dakwah keagamaan dan industri hiburan dalam kenyataannya memarjinalkan agama dalam kutub komersialisasi. Dampak terbesar industrialisasi adalah kian maraknya budaya konsumtif (consumer culture) dalam kehidupan masyarakat. Apa yang digambarkan oleh Khamami Zada tersebut nampaknya semakin dibuktikan dengan kecenderungan besar, dimana pesan-pesan keagamaan oleh publik hanya dilihat sebagai simbol-simbol budaya, life style dalam budaya konsumtif. Budaya konsumtif diartikan sebagai: 1) suatu kekuasaan kultural dalam masyarakat kapitalis modern yang berorientasi kepada pemasaran dan pemakaian barang dan jasa pelayanan. 2) Suatu kultur yang membedakan status dan membagi pangsa pasar dari masyarakat modern saat cita rasa individu tidak hanya merefleksikan lokasi-lokasi sosial (umur, gender, pekerjaan, etnik, dan sebagainya), tetapi juga merefleksikan nilai-nilai sosial dan gaya hidup individu, para konsumen (Collin's Dictionary of Sociology, 1991)
.
Ketiga, tayangan program dakwah dan kegiatan dakwah sebagai propaganda. Tidak dapat dipungkiri, sejarah perkembangan teknologi komunikasi massa lekat dengan proganda. Dalam kenyataannya, media setia saat terus menerus melontarkan pesan-pesan propaganda, dimana publik tidak banyak memiliki waktu untuk mendialogkan, dan merefleksikan pesan-pesan tersebut dengan realitas. Tayangan program keagamaan di ruang publik bagi televisi merupakan bagian dari pemenuhan segmen kebutuhan masyarakat Islam di Indonesia. Proses propaganda dari para komunikator berlangsung seiring dengan kepentingan masing-masing industri media mengejar rating iklan. Oleh karena itu, agenda setting media memiliki kepentingan bagaimana menyajikan tayangan-tayangan tersebut semenarik mungkin sehingga mendapatkan market share yang besar.

Proganda tidak hanya berlangsung melalui media, tetapi interaksi komunikasi di luar media massa (non-mediated). Di luar apa yang disajikan di televisi, dakwah dan pesan-pesan keagamaan juga telah banyak dilakukan melalui sejumlah program pengajian bulanan, tiap jum'at di Masjid, di Kantor, di tingkat RT/RW maupun kelurahan, di Kampus, Mosholla, di Sekolah dll. Adanya kekhawatiran dari beberapa kalangan ketika pesan-pesan yang muncul tersebut tidak hanya merupakan pesan dakwah, namun mewujud sebagai pesan-pesan politik merupakan dilema yang tak terelakkan di tengah kehidupan publik. Apalagi pesan-pesan dakwah yang muncul dalam ruang publik disampaikan oleh para tokoh keagamaan yang memiliki keterkaitan secara langsung ataupun tidak langsung dengan partai politik. Di sinilah kemudian aktivitas dakwah semakin sulit dibedakan dengan propaganda politik (proganda) untuk kepentingan politik tertentu.

Menerobos Krisis Ruang Publik

Menurut J.Habermass(1991), ruang publik secara natural merupakan area yang netral tempat beinteraksinya berbagai gagasan dan pendapat publik. Karena itu, ruang publik digunakan sebagai arena berinteraksinya pesan-pesan publik yang dianggap mencerminkan kepentingan publik dan kemajuan peradaban publik. Ruang publik dalam konteks ini baik yang bersifat mediated ataupun yang bersifat non-mediated. Aktivitas dakwah merupakan bagian penting sebagai kebutuhan publik di Indonesia. Dakwah dalam hal ini merupakan bagian terpenting dalam memenuhi kebutuhan rohani dan spiritual masyarakat Islam di Indonesia. Namun ketika pesan-pesan dakwah sudah menjelma sebagai pesan propaganda politik, tentu di sini menjadi kekuatan regimentasi yang mampu mengintervensi ruang publik Indonesia. Dalam konteks ini, publik akan sulit membedakan antara dakwah sebagai medium interaksi publik masyarakat Islam di Indonesia, dengan pesan-pesan propaganda yang dikendalikan oleh kekuatan politik tertentu.

Jauh sebelumnya fenomena seperti tadi pada tahun empat puluhan pernah digugat oleh mahzab kritis Frankfurt, bahwa mass culture dan mass society telah menghasilkan individu yang teralienasi akibat industri budaya massa sebagai kepanjangan tangan dari kapitalisme. Kalau agama berusaha memenuhi kebutuhan spiritual-esoteris dan eksoteris manusia, maka budaya massa sekadar mengejar kebutuhan-kebutuhan yang remeh temeh. Pada titik inilah kemudian nilai-nilai agama disubordinasikan oleh nilai-nilai yang pragmatis bagi kebutuhan manusia.
Ruang public media yang nampak terus menguat dan kian dominant mau tidak mau menjadi factor signifikan dalam kehidupan public. Dakwah keagamaan nampak berusaha mengisi ruang public tersebut, bersaing dengan berbagai bentuk budaya massa lainnya. Padahal, banalitas budaya massa yang disajikan oleh media seringkali juga terus menguat tidak kalah memprihatinkan. Tayangan dan pesan-pesan keagamaan di sini juga bersaing dengan content media massa lainnya, dimana dalam kadar tertentu cukup memprihatinkan. Namun demikian dalam perkembangannya interaksi public umat Islam di Indonesia yang dimediasi oleh media massa tidak sepenuhnya berlangsung secara ideal sebagaimana harapan public.

Tidak hanya itu, pesan-pesan yang ditampilkan melalui media komunikasi massa juga berpotensi mengalami reduksi. Tidak adanya budaya dialogis, reflektif dan perspektif yang bersifat iklusif pesan-pesan keagamaan dan tayangan keagamaan bisa terseret semata-mata sebagai industri pasar hiburan, Mc Donaldisasi agama ataupun propaganda. Terjebak Dalam Proganda

Ruang publik mestinya tidak boleh secara semena-mena diintervensi oleh kekuatan tertentu yang melakukan aksi proganda bagi monopoli dan akumulasi kepentingan tertentu. Akumulasi dan mopoli dan kepentingan di sini bisa dilakukan oleh kekuatan apapun yang yang bersifat regimented, seperti regimentasi kekuasan fasisme dan otorianisme negara, regimentasi ideologi tertentu, regimentasi agama tertentu, regimentasi parpol tertentu, regimentasi modal tertentu dan berbagai bentuk regimentasi lainnya. Adanya monopoli pesan-pesan dan wacana ruang publik yang dimonopoli dan dikendalikan oleh regimentasi ini menyebabkan ruang publik tidak sehat dan tidak mampu mencerdaskan kehidupan demokrasi publik.

Pesan-pesan Dakwah sangat berbeda dengan propaganda. Dakwah merupakan format komunikasi sosial keagamaan yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan kebutuhan spiritual umat Islam. Propaganda merupakan proses penyebaran pesan-pesan politik yang dimaksudkan untuk mencapai kepentingan tertentu. Pengaburan antara pesan-pesan dakwah dan propaganda di sini tentu bisa memperkeruh ruang publik di Indonesia. Publik pun bisa dengan mudah bisa terseret dalam falacy of thought (kesesatan cara berfikir). Sebab, dasar logika yang dibangun antara pesan-pesan dalam dakwah dengan pesan-pesan dalam proganda politik sangat berbeda. Pesan-pesan komunikasi dalam Dakwah lebih bersifat interaktif, reflektif, solutif, inklusif dan terbuka. Sedangkan pesan-pesan komunikasi dalam aktivitas propaganda bersifat tertutup, ekslusif dan instrumental. Melihat tantangan problematika umat Islam di Indonesia yang kian kompleks, masing-masing ormas Islam dan komunitas Islam memang dituntut mampu mengembangkan politik dakwah.

Namun sekali lagi, politik dakwah tentu berbeda dengan propaganda. Politik dakwah lebih mengacu pada bagaimana strategi dan format dakwah yang dilakukan dirancang secara maksimal agar pesan-pesan komunikasi ketika berdakwah mampu secara efektif dipahami publik dengan cara reflektif. Ketika pesan-pesan komunikasi dalam dakwah keagamaan telah memasuki format propaganda dan ditujukan untuk kepentingan politik tertentu, maka yang berlangsung adalah dakwah politik. Mayortas publik hampir dipastikan tidak lagi mampu berfikir secara kritis dan reflektif ketika diterjang dengan berbagai pesan propaganda.

Perlukah Regulasi?

Dalam realitasnya, pesan-pesan yang disampaikan dalam dakwah begitu sulit dibedakan dengan format propaganda. Padahal, ketika mewujud dalam propaganda secara otomatis muatan kepentingan politik dapat semakin kuat menerpa publik. Disinilah kemudian problem kembali muncul terkait dengan subtansi penggunaan ruang publik.

Pertama, problem etis terkait dengan hak publik mendapatkan pesan dan wacana yang bersifat interaktif, reflektif, solutif, inklusif dan terbuka dalam banyak hal terabaikan. Sebab, pesan-pesan propaganda sejak awal memang dirancang untuk mencapai tujuan politik tertentu. Bahkan propaganda seringkali digunakan sebagai cara jitu dalam melakukan pembentukan opini publik dan mobilisasi dukungan politik.

Kedua, problem regulatif. Melihat begitu terbukanya ruang publik dan begitu rentannya arus kepentingan dalam ruang publik, keberaan ruang publik yang sehat dan demokratis menjadi kebutuhan utama. Hal ini mestinya dapat dibaca sebagai peluang besar bagi pesan-pesan dakwah agar mampu memberikan pencerahan bagi umat Islam. Namun sisi lain kerentanan akan terjadi ketika pesan-pesan keagamaan dalam format propaganda politik demikian kuat mengintervensi ruang publik tersebut. Logika yang muncul kemudian ruang publik harus diatur untuk kepentingan publik.

Dalam konteks dakwah mewujud dalam propaganda politik, perlukah hal tersebut diatur? Pertanyaannya, siapakah yang memiliki otoritas memberikan aturan yang merepresentasikan kepentingan publik? Di sinilah kemudian paradoks muncul, apakah negara, badan-badan representasi publik atau badan-badan representasi publik lainnya.

Kontestasi PILKADA DKI


Pada PILKADA DKI  Jakarta pada tahun 2008 terjadi pertarungan antara 1 parpol melawan 20 parpol, dimana hasilnya sudah pasti di menangkan oleh 20 parpol tersebut yang memunculkan 1 pasangan calon yaitu Fauzi Bowo dan Prijanto. jika melihat skema periode lalu, yang menjadi musuh bersama adalah Partai Keadilan Sejahtera. hal ini di sebabkan partai keadilan sejahtera pada saat Pemilu 2004 berhasil menduduki peringkat pertama dalam pemilihan legislatif di DKI Jakarta.

Seiring berjalannya kepemimpinan Fauzi Bowo sebagai Gubernur Ibu Kota, banyak para pengamat mengatakan bahwa hingga saat ini Jakarta tidak bisa di selesaikan oleh ahlinya, dan bahkan yang terjadi adalah semakin memperparah kondisi DKI Jakarta, dan bahkan kebijakan-kebijakan yang di buat sang Gubernur masih di anggap pepesan kosong oleh Presiden, walau sang Gubernur menyangkal bahwa pernyataan Presiden di tujukan bukan kepadanya.

Akibat dari kebijakan Fauzi Bowo selaku Gubernur DKI Jakarta yang dinilai oleh para pakar kebijakan publik masih kurang berhasil dalam menata permasalahan yang ada di DKI Jakarta, yang menimbulkan kekecewaan seluruh kalangan akhirnya kini banyak bermunculan calon atau kandidat yang akan mencoba menduduki kursi No.1 di DKI Jakarta menggantikan Fauzi Bowo yang di nilai tidak berhasil, dan bahkan peluang para calon-calon tersebut akan semakin terbuka lebar terutama bagi para calon atau kandidat yang bukan dari parpol (independen) mengingat keputusan Mahkamah Konstitusi memperbolehkan calon yang tidak berasal dari parpol untuk mengikuti PILKADA.

Proses sosialisasi saat ini sudah mulai gencar dilakukan oleh beberapa calon, baik dari parpol maupun Independen dengan cara mengiklankan diri baik dari spanduk, banner, bahkan sampai bilboard, dan hal ini bertujuan untuk memperkenalkan diri pada masyarakat DKI Jakarta.

Dan strategi yang dilakukan para calon-calon tersebut yaitu dengan cara menggunakan jabatan dan dukungan beberapa pemimpin partai hanya untuk menyerukan perubahan keadaan dengan melontarkan isu-isu sekaligus memberikan optimisme jika nanti terpilih, dan hal itu dilakukan hanya untuk mengukur seberapa besar kekuatan dukungan kepadanya dalam mengikuti PILKADA nanti. Dimana tahun 2012 besok akan segera di adakan pesta demokrasi di Ibu Kota Negara yaitu PILGUB DKI Jakarta, banyak tokoh-tokoh yang mulai bermunculan untuk mencoba mencalonkan diri dengan meminta dukungan dari Ormas atau lembaga primordial, dan tak luput juga organisasi Mahasiswa guna mendapatkan dukungan supaya lolos dan mendapat dukungan Parpol. sebelum kondisi di mulai, DPR dan Presiden sempat melontarkan isu saat melihat kondisi dalam penyelenggaraan PILKADA banyak terjadi kericuhan dan permasalahan yaitu melemparkan kembali mekanisme pemilihan kepada DPRD, bukan lagi kepada khalayak masyarakat. akan tetapi beberapa tokoh menolak usulan tersebut, di karenakan akan merusak citra Demokrasi yang saat ini sedang di jalani oleh bangsa Indonesia.


Penguatan-penguatan kantong suara pun sudah mulai dilakukan, baik yang ada di tingkat pemerintahan, ormas, dan bahkan hingga kelompok etnis yang ada di DKI Jakarta, mengingat bahwa karakteristik masyarakat DKI Jakarta yang sangat heterogen di tambah pula tingkat pendidikannya yang cukup tinggi, sehingga sangat sulit bagi para calon tersebut untuk mendapatkan dukungan yang hanya mengandalkan kekuatan uang untuk meraih simpati masyarakat DKI Jakarta. karena keputusan instruksi Presiden dalam mekanisme PILKADA tersebut di nilai oleh para pengamat dapat merusak iklim Demokrasi yang sedang di bangun oleh bangsa Indonesia.


Hingga saat ini sudah banyak bermunculan nama-nama yang tenar dan sudah banyak dikenal oleh kalangan masyarakat seperti Nachrowi Ramli, Tantowi Yahya, Rano Karno, Djan Faridz dan masih banyak lagi yang akan bermunculan dalam pesta demokrasi masyarakat DKI Jakarta dimana mereka semua akan bersaing dalam PILKADA DKI Jakarta 2012, dan hingga saat ini nama-nama calon yang bermuculan tersebut saat ini sudah atau sedang menduduki posisi penting dalam organisasi maupun di pemerintahan.

Sekarang ini hanya baru beberapa parpol saja yang sudah berani memunculkan  nama-nama yang akan dicalonkan dalam bursa PILKADA DKI Jakarta 2012  nanti, dimana mereka saat ini sudah mulai memperkenalkan diri di masyarakat untuk mendapatkan simpati dan dukungan dengan menempatkan orang-orang kepercayaannya untuk menduduki posisi-posisi penting di pemerintahan, ormas, dan organisasi etnis atau kelompok yang ada di DKI Jakarta dimana element-element tersebut akan menjadi onderbow dalam proses pemilihan 2012 nanti.

Kita lihat janji-janji mereka nanti dengan membuat opini-opini publik bahkan sampai propaganda sosial pada saat PILGUB berlangsung, siapa yang berhasil meraih simpati masyarakat Jakarta,, semoga dalam penyelenggaraan PILGUB 2012 nanti akan menciptakan proses demokrasi tanpa terjadi sebuah anarkisme yang sudah terjadi di beberapa daerah terutama dalam penyelenggaraan PILKADA akibat dari permasalahan selama berlangsung dan penetapang dalam PILKADA tersebut.

JAKARTA.... OH JAKARTA

Hiruk pikuk kota metropolitan di seluruh dunia, memang tidak luput dari apa yang di katakana macet, akan tetapi kemacetan di beberapa negara besar masih dapat diatasi, walaupun tidak bisa sepenuhnya dapat tercapai untuk menyelesaikan kemacetan. Dan kota Jakarta di ramalkan akan menjadi lumpuh total pada tahun 2015

Ditambah lagi, kondisi dunia yang saat ini yang rentan akan pemanasan global, di mana emisi gas karbon semakin banyak, yang mengakibatan polusi. Dan hasil survey menunjukkan bahwa kota-kota besar di beberapa Negara di dunialah yang banyak menciptakan pencemaran di udara, sehingga menimbulkan kondisi-kondisi cuaca yang saat ini sudah semakin tidak jelas.

Perkembangan jumlah penduduk di Jakarta setiap tahun semakin terus meningkat, dimana banyak para pendatang yang mencoba mengadu nasib di Jakarta, karena mereka menganggap bahwa Jakarta merupakan sorga untuk mencari uang dengan mudah. Sehingga wilayah kota Jakarta yang luasnya hanya sedikit, kini di sudah semakin sesak dan padat akbat dari datangnya para pendatang dari daerah.

Jakarta sendiri, masuk menjadi beberapa kota yang mencemarkan polusi udara terbesar di dunia, sehingga kadar udara yang ada di wilayah Jakarta sudah di anggap tidak sehat atau tidak bersih lagi. Banyak program yang diberlakukan oleh pemerintah khususnya di Jakarta, tetapi pelaksanaanya hanya di awal, dan sifatnya tidak berkelanjutan, sehingga program-program tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang di recanakan. Entah siapa yang membuat program-program tersebut semakin tidak efektif dan seakan-akan hanya menjadi aturan sambal.

Sementara dinas perhubungan tidak mampu berbuat banyak, dikarenakan memang para pengemudi di jalan raya yang masih semerawut, dan seakan-akan tidak perduli asalkan cepat sampai di tempat tujuan. Sehingga menghiraukan keselamatan dan bahaya dari apa yang dilakukannya dengan melawan rambu lalu lintas

Selain polusi dan macet, Jakarta pun tidak luput dari masalah banjir, yang semakin memperpanjang masalah-masalah yang harus dihadapi oleh ibu kota negara, dimana genangan banjir selalu datang apabila hujan yang turun dalam jumlah yang besar. siapapun tidak akan bisa menghentikan turunnya hujan. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah bagaimana hujan yang turun tidak menimbulkan genangan yang cukup besar, yang dapat mengenangi ruas jalan kota Jakarta.

Yang Harus dilakukan

Untuk mengatasi kondisi Jakarta yang saat ini makin semrawut, diperlukan kepedulian di seluruh elemen baik dari masyarakat hingga pemerintahan yang terkait, baik untuk menerbitkan kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi permasalahan Jakarta. Untuk mengatasi jumlah kepadatan penduduk, pemerintah harus sering memberlakukan penertiban terutama razia kependudukan, agar para pendatang yang tidak memiliki pekerjaan tetap atau tidak memiliki kartu kependudukan harus di pulangkan kembali ke daerah asal, karena jika di biarkan maka akan semakin banyak gelandangan dan pengemis yang ada di setiap bahu jalan baik di jalan raya dan bahkan di tempat ibadah. 

Dalam penyelesaian polusi udara, perlu di galakkan kembali gerakan penanaman pohon-pohon yang dapat menyerap karbondioksida dalam jumlah yang besar, sehingga udara yang di hirup oleh masyarakat jakarta menjadi bersih. Selain itu, dinas perhubungan harus menertibkan kembali peraturan uji emisi terhadap kendaraan yang layak jalan, karena hingga saat ini, masih terlihat banyak kendaraan yang masih mengeluarkan asap dan gas yang dapat merusak kesehatan.

Program yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah dalam mengatasi polusi udara sudah terlihat efektif walaupun belum sepenuhnya tercapai, akan tetapi setidaknya sudah dapat mengurangi sedikit. Jika program itu di perluas dimana saya pernah mendengar bahwa pemerintah akan menertibkan kendaraan yang layak pakai dan telah teruji emisi yang bisa melewati beberapa jalur utama di Jakarta.

Dalam mengatasi kemacetan, pemerintah seharusnya mampu dan jeli melihat kondisi yang sudah semakin parah yaitu dengan membuat pelebaran jalan serta pengembangan jalan-jalan alternatif, mungkin di negara tetangga seperti Malaysia sudah melakukan trobosan baru, yaitu membuat jalan tol bawah tanah, guna mengurangi tingkat kemacetannya, akan tetapi yang dilakukan pemerintah Jakarta saat ini baru sebatas konsep pembangunan, yang baru-baru ini dikabarkan dan amsih dalam tahap blue print dan baru akan di realisasikan mungkin tahun 2011 atau 2012 dalam proses tender, sementara kepadatan kendaraan di Jakarta tiap bulan semakin meningkat. 

Pemerintah harus menkonsep dan menertibkan beberapa kawasan untuk di jadikan sebagai kawasan niaga dan kawasan perumahan, dimana sekarang terlihat ada percampuran antara kawasan niaga dan perumahan. Kemacetan akan terus menambah apabila banyak kendaraan yang keluar masuk mal yang bercampur dengan kawasan perumahan, dimana penghuni perumahaan akan hilang tingkat kenyamanannya akibat dari kebisingan yang di timbulkan dari kendaraan yang lalu lalang di kawasan niaga, terutama angkutan umum. Dan penertiban ini sudah sering di lakukan akan tetapi pelaksanaan di lapangannya banyak mengalami kendala, baik di masyarakatnya yang menolak dan juga proses hukumnya yang tidak jelas, sehingga aturan-aturan tersebut sering dilanggar dan bahkan tidak di hiraukan oleh masyarakat.

Angkutan umum pun terkadang sering melanggar aturan, dimana di kawasan niaga sering lama untuk mangkal dalam mendapatkan penumpang yang akan naik angkutan umum, dan pada saat di jalan raya mereka terlihat ugal-ugalan dan bahkan juga sering langsung menyerobot dari lajur kanan ke arah lajur kiri tanpa memberikan lampu sen di karenakan untuk mengambil penumpang, sementara fungsi dari halte-halte yang telah di buat oleh pemerintah seakan-akan hanya menjadi tempat coretan dan tulisan, sehingga terlihat kumuh, dan masyarakat enggan untuk menunggu angkutan umum di halte yang telah disediakan.

Kendaraan bebas hambatan seperti bus way pun masih terlihat kurang efektif, dimana bus way pun yang di prioritaskan bus yang bebas dari hambatan sering mengalami kemacetan di beberapa titik koridor, dan itu di akibatkan oleh pengguna jalan yang seakan-akan tidak peduli bahwa jalur bus way di jadikan jalur untuk kendaraan pribadi. 

Banyak progran yang sudah dicanangkan oleh pemerintah Jakarta, terutama dalam penyediaan sarana transportasi, diantaranya water way dan mono rel. Tetapi hingga saat ini proyek yang harusnya sekarang ini sudah berjalan, kembali tidak efektif dan bahkan terlihat gagal dan tidak di lanjutkan kembali. Sehingga masyarakat kembali menggunakan kendaraan prbadi seperti motor yang kini semakin banyak dan semakin menambah kemacetan. 

Selain itu, dalam tata ruang kota terutama dalam pembangunan gedung bertingkat, harus di perhatikan juga dimana titik untuk di gunakan sebagai tempat resapan air, walaupun pembentukan kanal barat dan kanal timur hingga saat ini masih dalam pengerjaan, setidaknya pemerintah sudah menyiapkan lahan atau wilayah alternatif yang akan di gunakan sebagai resapan air, serta menginstruksikan kepada pengelola gedung-gedung bertingkat untuk membuat resapan air. Agar setiap kali datang hujan yang cukup besar, tanah-tanah yang di peruntukkan untuk resapan air tersebut mampu menyerapnya. Sehingga tidak akan timbul genangan-genangan air yang tumpah hingga ke jalan raya. Karena saat ini, kondisi tanah khususnya di daerah Jakarta pusat mengalami penurunan tanah tiap 1 milimeter dalam setahun yang diakibatkan pembangunan gedung-gedung pencakar langit yang tidak menyediakan lahan untuk resapan dan penampungan air, serta melakukan penyedotan air yang dari dalam tanah secara besar-besaran guna memenuhi kebutuhan gedung-gedung tersebut.

Kali-kali yang berada di pinggir jalan raya, seharusnya enak di pandang, dan tidak berbau serta menjadi pusat jalannya air menuju kanal-kanal, seakan-akan tidak berfungsi dan bahkan terus mengenang hampir menyentuh bahu trotoar bahkan terlihat banyak tumpukkan sampah yang menggenang di kali, dan kondisi tersebut diakibatkan kurang pedulinya pemkot setempat serta pengelola gedung-gedung yang berada di dekat kali tersebut, dan juga tingkat kesadaran masyarakat sekitar akan kondisi di wilayah sekitarnya, sehingga terlihat seperti kawasan kumuh dan sangat bau. Jika terjadi hujan yang besar, sudah tidak dapat di elakan lagi banjir yang diakibatkan kondisi kali yang tidak mengalir dan kurangnya resapan air yang tidak di sediakan oleh pengelola gedung.

Semoga program pemerintah yang telah dan akan di terbitkan, hendaknya dapat dilaksanakan dengan tegas dan di patuhi semua aturan-aturannya. Dan peran pemkot serta masyarakat baik yang ada di tingkat ormas maupun organisasi kepemudaan hendaknya mampu menjalankannya, agar kenyamanan dapat di rasakan. Tidak seperti sekarang ini, banyak sekali ormas-ormas maupun organisasi kepemudaan tetapi hanya berfungsi dan terlihat pada saat momentum PEMILU maupun PILKADA, sementara konteks untuk membangun dan membuat kondisi yang nyaman akan semakin tidak terlihat setelah PEMILU atau PILKADA telah selesai, dan bahkan terkadang sering membuat keributan.

Jika ini terus berlanjut dan tidak ada yang peduli terutama kesadaran di masyarakat dan pemerintah baik di tingkat wilayah maupun pusat akan kondisi jakarta yang sudah semakin parah baik dalam mengatasi banjir, polusi dan kemacetan, maka isu untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta akan semakin nyata, dan pernyataan tersebut sudah di dukung oleh wagub DKI Jakarta, karena melihat kondisi kota Jakarta yang sudah semakin semrawut. Maka kita sebagai masyarakat Jakarta sudah harus berbenah diri, dan mampu berfikir hemat agar semua masalah yang ada di Jakarta dapat di atasi.


Penulis adalah Ketua I
Pengurus Pusat
Keluarga Mahasiswa Betawi 

Paradoks Wajah Pancasila dari masa ke masa


Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana sangat diperlukan sekali sebuah pandangan hidup untuk menjadi pemersatu bangsa, jika tidak ada atau di hilangkan maka yang terjadi adalah munculnya perang Ideologi diantaranya agama, marxisme, nasionalisme, tradisionalisme dan bahkan masih banyak lagi yang akan saling perang dan bertempur memperebutkan dominasi.

Pancasila atau lebih dikenal lima dasar negara yang menjadi pedoman dasar dan pandangan seluruh rakyat NKRI, dimana cakupan lima dasar negara tersebut harus dilaksanakan dalam berkebangsaan dan bernegara di Indonesia. akan tetapi pemahaman tentang pancasila tersebut dari masa orde lama hingga kini menimbulkan multi-tafsir baik dalam peng-aplikasiannya di masyarakat saat kepemimpinannya dalam pemerintahannya.

Negara Indonesia sejak awal kemerdekaan bahkan hingga saat ini telah mengganti presidennya sebanyak 6 (enam) kali, akan tetapi banyak sekali perbedaan dalam pemahaman, pandangan dan pelaksanaannya terhadap isi atau makna pancasila tersebut, dan hal itu terjadi sebanyak 3 (tiga) kali dalam masa orde transisi yaitu : orde lama, orde baru dan orde reformasi.

Awal lahirnya pancasila sendiri merupakan hasil kesepakatan rapat BPUPKI dimana para tokoh dari berbagai elemen tokoh masyarakat merancang dasar-dasar negara, rapat tersebut dipimpin langsung oleh KRT Radjiman Wediodiningrat dan diantara yang hadir dalam rapat tersebut yaitu Soekarno,Ki Hajar Dewantara, Moh Hatta, Moh Yamin, KH. Wahid Hasyim dan lain-lain yang berjumlah 60 orang untuk mewakili bangsa Indonesia, dan 7 orang dari perwakilan Jepang.

Dari hasil rapat tersebut melahirkan lima dasar negara, yang kemudian disebut sebagai Piagam Jakarta, bukan Pancasila. akan tetapi dari hasil pencetusan lima dasar negara tersebut terjadi perdebatan, yaitu tentang isi dari butir pertama yaitu, "taat kepada Allah dan sesuai dengan ajaran syariat Islam", akibat dari perdebatan tersebut akhirnya hasil dari perdebatan tersebut merubah isi butirnya menjadi "ketuhanan yang maha esa" dan kemudian sebutannya pun di rubah bukan lagi "piagam jakarta" melainkan berubah menjadi "pancasila" karena jika masih tetap menggunakan nama "piagam jakarta" itu berarti kemerdekaan bangsa Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Pemerintah jepang.
isi butir-butir pancasila yang tertuang hingga saat ini adalah :
  1. ketuhanan yang maha esa
  2. kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. persatuan Indonesia
  4. kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan, perwakilan
  5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila pada Orde lama
di masa ini, pergeseran dan pertentangan terhadap pancasila pun banyak sekali, terutama pada tahun 1950, dimana pada tahun tersebut presiden Soekarno merubah sistem pemerintahan menjadi Konstituante. dan perjalanan pemerintahan tersebut mendapat tekanan politik yang luar biasa baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri

di tambah pula keinginnan Presiden Soekarno menjadi Presiden seumur hidup. pun menjadi pertentangan kelompok-kelompok yang tidak terakomodir. akan tetapi dilihiat selama perjalanan pemerintahan tersebut, banyak mengalami kegagalan, sehingga Presiden Soekarno pun langsung mengeluarkan dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. dekrit tersebut bertujuang untuk menggabungkan 3 (tiga) gerakan besar yang pada saat itu selalu merongrong pemerintahannya, sehingga Soekarno pun karena kepemimpinan Soekarno, terjadi banyak penyelewengan dimana Pancasila yang sudah dibakukan sebagai dasar negara, ternyata harus lebih menjunjung tinggi Nilai-nilai NASAKOM (Nasionalis, Agamis, Komunis) dibandingkan Pancasila.paham NASAKOM merupakan manifesto politik Soekarno menyokong ide demokrasi terpimpin yang dilakoninya. hal tersebut menggugurkan nilai-nilai pancasila yang di anut selama kepemimpinannya berlandaskan berubah menjadi NASAKOM hanya untuk mengangkat citranya sebagai presiden. sehingga paham tersebut pun berakibat terpuruknya bangsa Indonesia, dimana pada saat itu banyak sekali permasalahan bangsa terutama kondisi ekonomi dimana terjadi inflasi yang cukup besar. di tambah pula, gerakan-gerakan separatis yang dianggap menggangu stabilitas negara harus dimusnahkan salah satunya adalah gerakan 30 September yang dianggap ingin merubah pancasila menjadi sebuah Ideologi komunis, tetapi hingga sekarang belum jelas kebenarannya. dan melihat kondisi Indonesia pada saat itu yang semakin tidak jelas, maka Presiden Soekarno pun terpaksa harus menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto pada 11 maret 1966 yang disebut SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret).

Pancasila pada orde baru
pada era ini dimana Presidennya adalah Soeharto Pancasila pun menguat dan mendapatkan tempat yang sangat Istimewa, bahkan penanaman Nilai-nilai Pancasila selalu di dengungkan dimana saja, baik di sekolah, di pasar, di rumah-rumah, dan terutama sekali di Instansi-instasi Pemerintah. dari anak kecil hingga orang tua pun diwajibkan berpaham Pancasilaisme. dan hal tersebut lebih dikenal dengan nama P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

selama perjalanan pemerintahan Soeharto, banyak yang tidak memahami bahwa maksud dari pencanangan Program P4 tersebut merupakan sebuat alat untuk melanggengkan kekuasaan juga. dimana jika ada gerakan-gerakan yang di anggap ingin mengguncang pemerintahannya, maka gerakan tersebut dianggap ingin merusak dan merubah pancasila, dan pancasila pun dijadikan sebagai senjata untuk memusnahkan musuh-musuh politiknya. bahkan selama perjalanan era Orde Baru ini, banyak daerah-daerah seperti Aceh, Papua, Sulawesi yang berontak dan ingin memisahkan diri dari NKRI karena dianggap tidak sejalan dan hanya menciptakan deskriminasi

Pancasila pada orde reformasi
pada era ini, Pancasila yang seharusnya menjadi dasar utama pemersatu bangsa Indonesia kini sudah kehilangan Identitasnya akibat arus "demokratisasi" besar-besaran, di tambah pula kekecewaan masyarakat terhadap Pancasila dimana penanaman paham Pancasila tersebut sudah tidak ada lagi dan bahkan cenderung menjauhi dari relevansi cita-cita bangsa terutama untuk mempersatukan dan mensejahterakan rakyat Indonesia.

pada saat awal reformasi, Indonesia sedang di terpa krisis ekonomi serta krisis kepercayaan masyarakatnya terhadap pemerintahan. sehingga masyarakat memandang sudah tidak memerlukan lagi Pancasila, karena sudah dianggap tidak berguna untuk konteks keadaan bangsa Indonesia saat ini.

keterpurukan ekonomi dan rendahnya kesejahteraan rakyat ditambah lagi muncul ideologi-ideologi kekerasan dan bahakan timbul aliran-aliran kepercayaan sempalan akibat dari kebebasan yang diciptakan sebebas-bebasnya pada orde reformasi ini, sehingga menghilangkan nilai-nilai yang terkandung dalam paham pancasila. ideologi-ideologi tersebut pun sengaja diciptakan hanya untuk menggerogoti kekuasaan dan bahkan untuk mempertahankan kekuasaan yang menimbulkan pertikaian atau kekerasan yang mengatasnamakan sebuah kebenaran.

hingga saat ini, pancasila sepertinya belum ditempatkan sesuai dengan posisinya, dimana ada 3 (tiga) hal yang harus dilakukan oleh para pemimpin dan masyarakat dalam memposisikan pancasila.
yaitu :
  • jika pancasila diposisikan sebagai sesuatu hal yang suci/sakral, maka yang timbul adalah perbudakan terhadap penganutnya, terutama bagi manusianya. maka Pancasila mudah dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan.
  • jika Pancasila diposisikan sebagai dasar (pondasi) saja, maka yang timbul disorientasi bangsa dan hanya akan berjalan saja, tidak jelas apa yang dicari atau diraih.
  • jika pancasila diposisikan sebagai tujuan bangsa bangsa saja, tanpa ada pondasi yang jelas, maka tidak akan tercapai semua tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia.
Secara umum, bangsa Indonesia seharusnya memandang Pancasila keseluruhan sebagai sebuah pandangan, pondasi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara, dan juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan bangsa, bukan dalam satu hal saja. Dan jika memang semuanya belum tercapai, sanagat diperlukan kesadaran rakyatnya/ masyarakatnya dan bahkan para pemimpinnya.

Pada era reformasi saat ini pandangan bangsa Indonesia jauh dari harapan rakyat Indonesia. bahkan saya pun memiliki pandangan sendiri tentang butir-butir pancasila yang sesuai dengan pandangan dan kondisi bangsa Indonesia saat ini yaitu :
  1. keuangan yang di Esa-kan
  2. kemanusiaan yang tidak adil dan tidak beradab
  3. permusuhan di Indonesia
  4. kerakyatan yang dipimpin dengan kebohongan, kebijaksanaan pada golongan tanpa ada musyawarah, perwakilan
  5. intimidasi sosial bagi seluruh rakyat miskin Indonesia.
Hingga saat ini setiap tanggal 1 juni sudah di tetapkan sebagai hari lahirnya pancasila, padahal sesuai dengan fakta sejarah bangsa yaitu tepat tanggal 29 Mei 1945 dimana Muhammad Yamin telah mengucapkan pidato mengenai Pancasila. jadi mau di arahkan kemana tujuan dalam mendirikan bangsa ini, jika sejarah bangsa masih saja di pelintir dan di selewengkan, dan mungkin juga perayaan peringatan hari lahirnya Pancasila tersebut hanya akan bersifat ceremonial saja tanpa ada arah pandangan, tujuan dalam memposisikan kedudukan Pancasila.

Inspirasi Diskusi Warung Kopi

KISAH DARI NEGERI BEDEBAH

NEGERI BEDEBAH sebuah NEGERI yang dahulu di kenal ramah dan berbudaya, kini telah hilang akibat perkembangan zaman, sehingga merubah karakter dan prilaku warganya. Di katakan NEGERI bedebah, karena berdasarkan keadaan wilayah perkampungan tersebut, dimana banyak keunikan dan keanehan yang terjadi, tetapi bukan karena terjadi secara alami, melainkan di konstruk oleh pejabat untuk melanggengkan kekuasaan sehingga kelompok yang tidak suka bahkan tidak senang, mencoba melakukan intervensi dengan membuka atau mengungkapkan di depan warga NEGERI BEDEBAH, sehingga menjadi kehebohan yang terjadi di NEGERI tersebut.

RAMA yang merupakan salah satu warganya, dimana RAMA melihat kelakuan para petinggi di NEGERInya tersebut, yang selalu melakukan intrik-intrik guna menutupi kelakuannya dengan cara menipu warganya untuk terlihat sebagai pahlawan yang berteriak atas nama membela kepentingan warganya. Padahal yang dilakukannya adalah hanya untuk mendapatkan simpati dan kepercayaan pada warganya

Melihat beberapa kasus yang diungkap oleh pejabat pemerintahan di berbagai institusi, dimana RAMA memperhatikan terus keadaan NEGERInya pada saat ada pejabat diluar pemerintahan tetapi yang di lembagakan mencoba mengungkap sebuah kebenaran, akan tetapi sang pejabat tersebut tertekan habis-habisan bahkan penguasa tersebut melakukan pembunuhan karakter dengan menyangkutkan beberapa skandal kepada lembaga tersebut termasuk pimpinannya, agar kelakuan sang penguasa NEGERI BEDEBAH tidak di ketahui oleh warga.

Yang terbentuk dari akibat persaingan tersebut, baik dari tingkat penguasa hingga warga NEGERI, sehingga mereka semua melupakan cita-cita NEGERI BEDEBAH yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi moral seakan-akan hilang dimakan umur akibat sudah tidak efektif dan ketinggalan zaman sehingga menjadi seonggok kertas tak bernilai dan bahkan seringkali di injak-injak atas nama kepentingan golongan dan pribadi dan bahkan hanya dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan atas nama HAM bagi sang penguasa.

Uang dan kekuasaan seakan-akan memberi pengaruh terhadap arah perjalanan NEGERI BEDEBAH, dimana jika tidak ada uang atau kekuasan, maka tidak akan di pandang secara hukum maupun keadilan untuk siapapun. Sehingga banyak sekali warganya bahkan pejabat legislatif dan eksekutifnya menjadi penjilat sang penguasa NEGERI BEDEBAH. 

Jika melihat kondisi yang sedang terjadi, dimana hampir seluruh para aparat penegak hukum memainkan kekuatan hukum yang dimilikinya untuk menekan orang-orang sesuai keinginan sang penguasa dan pemilik uang. Bagaimana mau mempercayai siapa yang salah dan siapa yang benar, karena mereka pun meng-akali agar yang benar itu menjadi salah, dan sebaliknya

Kondisi perkembangan demokrasi di NEGERI BEDEBAH seperti demokrasi dinasti kekeluargaan, dimana posisi penting di NEGERI BEDEBAH di isi oleh kerabat dekat sang penguasa, entah itu sebagai sahabat, teman seperjuangan, saudara kandung hingga keponakan dan bahkan anak sang penguasa menduduki poisisi, baik dari tingkatan RT, RW, hingga lembaga perwakilan rakyat BEDEBAH, akan tetapi rakyat BEDEBAH tidak pernah menyadarinya, karena orang yang telah menduduki posisi tersebut dipilih oleh rakyatnya karena dia telah membagi-bagikan uang (money politics) sehingga rakyat BEDEBAH pun beranggapan bahwa orang tersebut mencoba mensejahterakan mereka karena telah membagi-bagikan uang pribadinya. Dan sebenarnya uang yang di bagi-bagikan kepada rakyat BEDEBAH itu adalah hak rakyat BEDEBAH, akan tetapi dimanfaatkan oleh merekea para penguasa dan pejabat NEGERI BEDEBAH demi melangengkan kekuasaan.

Dari timbulnya dinasti-dinasti keluarga yang mencoba untuk tetap bertahan akibat tekanan dinasti yang lebih kuat, sehingga timbul persaingan antar dinasti, dimana apabila pada zaman sebelum masehi dimana masih terdapat kerajaan-kerajaan, mereka saling berperang dan saling membunuh. Tetapi karena sekarang sudah modern NEGERI BEDEBAH merubah cara persaingannya, yaitu membunuh karakter dan citra rivalnya agar tidak lagi dipercaya oleh rakyat NEGERI BEDEBAH.

Akan tetapi, selama persaingan yang terus dilakukan oleh petinggi NEGERI BEDEBAH ini, sehingga mereka seakan-akan mengesampingkan keadaan dan kondisi warga NEGERI BEDEBAH yang berada jauh dibawah kemakmuran, dimana masih banyak warga NEGERI yang masih serba kekurangan dan bahakan masih ada warganya yang menggantungkan hidupnya di gunungan sampah.

Intrik-intrik pun dilakukan dengan menghalalkan segala cara, dan bahkan tidak peduli bahwa dahulu adalah kawan, saat sudah terjadi perbedaan pandangan maka yang terjadi adalah saling menyerang dan menghujat yang dilakukan oleh para petinggi NEGERI BEDEBAH, sehingga warga yang mendukung salah satu petinggi tersebut ikut-ikutan bermusuhan dan saling menjatuhkan.

NEGERI BEDEBAH tidak pernah mau mencerdaskan rakyatnya, akan tetapi terus membodohinya dengan argumen-argumen yang seakan-akan peduli dengan keadaan rakyatnya, padahal dibalik itu semua, mereka telah mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari hasil pembelian atau impor yang dilakukannya. Sementara, hasil kualitas produksi NEGERI BEDEBAH di beli dengan harga yang murah oleh pemerintah NEGERI BEDEBAH, akan tetapi keadaan di balik layar barang-barang yang di beli pemerintah dari rakyat NEGERI BEDEBAH tersebut di ekspor dengan harga yang cukup tinggi, dan dari hasil penjualan barang tersebut tidak pernah di beritakan. Dan di perparah lagi saat proses impor, para petinggi bedalih dengan mengatakan bahwa NEGERI BEDEBAH berhutang untuk membeli kebutuhan rakyatnya, karena hasil produksi dalam NEGERI BEDEBAH tidak memenuhi.

Dan yang selalu di beritakan adalah NEGERI BEDEBAH selalu meminta dan mendapatkan pinjaman dari negara-negara lain, sehingga utang luar NEGERI BEDEBAH itu semakin bertambah dan semakin menumpuk, sehingga dapat dikatakan bahawa anak bayi yang baru lahir di NEGERI BEDEBAH sudah memiliki hutang yang cukup besar. Para penguasa NEGERI BEDEBAH sangat mudah meminta pinjaman dari negara-negara luar, akan tetapi hasil dari pinjaman tersebut tidak jelas kemana di gunakannya. Di katakan uang pinjaman tersebut diberikan untuk pembangunan, sementara, tidak ada pembangunan secara besar-besar di beberapa daerah, melainkan sekarang, daerah-daerah yang dahulu tidak pernah di perhatikan pemerintah NEGERI BEDEBAH, sekarang daerah-daerah tersebut di tuntut untuk meningkatkan pendapatan di daerahnya di segala hal. Dan dari hasil keuntungan tersebut, di gunakan untuk membayar hutang-hutang NEGERI BEDEBAH.

NEGERI BEDEBAH selalu mengangkat di berita bahwa NEGERI BEDEBAH selalu defisit dan masih membutuhkan pinjaman uang dari luar negeri, sementara pemberitaan tentang hasil produksi dan keuntungan yang didapatkan pemerintah NEGERI BEDEBAH tidak pernah tersentuh dan di kabarkan di media, sehingga yang mencolok dari NEGERI BEDEBAH hanyalah hutang.

Dan pemerintah NEGERI BEDEBAH selalu menyerukan bagaimana rakyatnya selalu mencoba menarik investor dari negara-negara lain, akan tetapi jika keuntungannya sampai saat ini tidak pernah dinikmati oleh rakyat NEGERI BEDEBAH, sudah banyak contoh seperti pengeboran minyak dan penambangan batubara yang dilakukan oleh investor luar negeri, tetapi rakyat sekitar tidak pernah di berdayakan dan diberikan pendidikan untuk ikut mengelola pengeboran dan penambangan tersebut, sehingga rakyat sekitar hanya dapat melihat bahwa hasil bumi dari NEGERI BEDEBAH di eksploitas secara besar-besaran dan tidak memberikan sedikitpun peluang untuk rakyat sekitar, yang dianggap masih bodoh dan tidak mengerti tentang bagaimana mengelola. Inilah bentuk ketidak percayaan pemerintah NEGERI BEDEBAH terhadap rakyatnya, orang-orang pintar dan cerdas di biarkan diambil negara-negara luar untuk di ambil ilmunya, sementara saat orang pintar dari NEGERI BEDEBAH mencoba membantu mencerdaskan rakyat tidak diberikan fasilitas sama sekali untuk mengembangkan dan membantu rakyat dan bahkan justru yang di terimanya adalah di hujat dan di permasalahkan secara sengaja karena telah melanggar aturan negara BEDEBAH yang telah di berlakukan.

Jika rakyat NEGERI BEDEBAH memahami, bahwa siapa yang meminta pinjaman maka dia yang harus membayarnya, akan tetapi penguasa tidak mau ambil pusing, mereka dengan sengaja melimpahkan semuanya kepada rakyat, sementara hasil pinjaman tersebut di nikmati oleh keluarga, kerabat serta koleganya untuk keperluan pribadi, seperti membeli mobil mewah, mengadakan pesta pernikahan dengan biaya yang melebihi angka rasional untuk sebuah pernikahan dan masih banyak yang lain dan tidak ter-ekspose.

Seperti inilah NEGERI BEDEBAH dimana rakyatnya sedang terlunta-lunta bagaimana mempertahankan hidup akan tetapi para penguasanya ber-foya-foya dengan mengambil keuntunga dari hasil mengimpor dari luar negeri dengan dalih berdasarkan atas kebutuhan rakyat yang semakin meningkat sehingga rakyat NEGERI BEDEBAH membutuhkan tambahan kebutuhan pokok yang sangat besar dari luar negeri dan membayarnya dengan menggunakan uang pinjaman dari negara-negara lain serta mengguakan uang rakyat dari hasil setiap setoran yang di bayar rakyat. Sementara uang dari hasil produksi rakyat NEGERI BEDEBAH tidak jelas kemana. Akan tetapi jika Pemerintah NEGERI BEDEBAH mau mensejahterakan rakyatnya harus memberikan peluang dan bantuan dengan tidak berupa barang hasil jadi, melainkan membantu meningkatkan hasil produksinya, yaitu membantu para petani untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan yang dihasilkan, bukan mengimpor barang dari luar negeri. Jika NEGERI BEDEBAH selalu mengimpor serta intrik-intrik kotor dan tidak memandang efek yang di timbulkan dari apa yang telah dilakukan oleh para dinasti penguasa NEGERI BEDEBAH untuk menguasai dan mengendalikan NEGERI BEDEBAH yang subur dan kaya akan sumber daya alam untuk di ambil keuntungan secara pribadi tanpa memikirkan kondisi dan keadaan rakyat NEGERI BEDEBAH.

KISAH CACING SELALU BERTERNAK KONFLIK DI NEGERI HEWAN


al kisah ada sebuah dongeng dari negeri hewan, dimana negeri tersebut, di pimpin oleh se-ekor ayam horn, ayam tersebut berhasil mengalahkan rivalnya sang ayam kampung. akan tetapi ayam horm tersebut tidak mengangkat sebangsa-nya untuk membantunya menjalankan kesejahteraan di negeri hewan tersebut melainkan mempercayai kelompok bebek untuk menjadi pembantu-nya dalam menjalankan negeri hewan.

seiring berjalannya roda pemerintahan, Cacing yang ingin sekali menguasai negeri hewan, sangat tahu betul bagaimana cara menaklukkan sang ayam horn, akan tetapi sang cacing berani muncul untuk menggantikan kepemimpinan ayam horn, karena jika cacing muncul memimpin negeri hewan, maka pasti ayam kampung akan selalu mengganggunya, karena dari dulu ayam kampung tidak suka sekali dengan kehadiran sang cacing, apa lagi jika cacing sangat dekat sekali dengan ayam horn dan para bebek. sudah pasti akan di usir oleh ayam kampung. akhirnya cacing pun mengatur siasat,dan sangat ingin sekali menguasai negeri hewan tanpa duduk menjadi pemimpin, akan tetapi yang di takutinya adalah jika ayam kampung mengetahui bahwa cacing berhasil mendekati kelompok bebek, maka sang ayam kampung dengan suaranya kokok nya yang lantang mampu menggerakkan koloni semut untuk mengalahkan dan menghancurkan cacing yang juga sudah menjadi musuh besar dan paling di takuti cacing.

sang cacing pun mencoba mendekati bebek-bebek dan mempengaruhi-nya secara perlahan-lahan agar mau menuruti kemauan dan keinginan cacing, walaupun ada beberapa bebek yang tidak senang dengan kehadiran cacing dalam kelompoknya, karena para bebek sudah tahu, bahwa semut dan ayam kampung tidak menyukai cacing. itik yang juga dekat dengan ayam kampung, dimana itik yang dipercayakan oleh ayam horn untuk selalu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di negeri hewan.

ketika cacing sudah berhasil mempengaruhi beberapa bebek, sang itik yang mengetahui merasa kesal, dengan kelakuan bebek yang mau di atur oleh cacing, dan bebek tersebut juga mengajak beberapa itik untuk ikut berteman dengan cacing. tetapi itik pun bersikap biasa saja asalkan kedekatannya dengan cacing tidak di ketahui oleh ayam kampung dan semut. akan tetapi ada beberapa itik yang ingin mencoba menangkap sang cacing dan bebek karena selalu membuat ulah, dimana mereka sering membuat kebijakan dan aturan untuk mengelabuhi dan menekan koloni semut, tapi sang semut mencoba bersikap arif dan patuh pada aturan negeri hewan, karena koloni semut tidak tahu bahwa yang menginginkan itu semua adalah cacing.

kelakuan sang cacing sedikit demi sedikit mulai tercium oleh kodok, dan akhirnya sang kodok mulai berteriak-teriak sehingga koloni semut merasa marah dan kecewa, bahkan ingin menghakimi dan menghukum cacing, tapi sang cacing selalu lolos dari tuntutan itik dan semut, karena cacing telah mendapatkan dukungan dari beberapa bebek yang sudah di percayai oleh ayam horn.

suatu ketika cacing meminta kepada para bebek untuk menerima dan menyebarkan cek travel kepada pasukan bebek saat pememilihan kepala bank hewan. akan tetapi saat sang itik mencoba menguak kelakuan cacing, sang cacing pun sudah siap membuat skenario konflik yang baru dimana cacing mengarahkan agar sesama pasukan bebek untuk saling perang urat saraf, sehingga pasukan semut pun semakin pusing.dengan kelakuan pasukan bebek, dan sang itik pun menjadi kebingungan di tambah lagi dengan teriakan kodok dan gerakan semut yang selalu menuntut penyelesaian seluruh permasalah tersebut, dan akhirnya cacing membuat siasat untuk menjadikan beberapa bebek tumbal dari permasalahan yang ada agar dapat menghentikan proses penyelesaian, dan beberapa bebek yang menjadi saksi kunci pun di bungkam dan bahkan di eksekusi untuk menghilangkan jejak sang cacing.

belum permasalah itu selesai lagi-lagi sang cacing membuat ulah dengan meminta kembali di cairkan bantuan hibah dari negeri hewan dalam jumlah besar kepada bank hewan menjelang pemilihan kepala negeri hewan, dimana kemungkinan besar bantuan hibah tersebut di gunakan untuk membiayai kesuksesan salah satu partai bebek dalam pemilihan. dan yang menjadi kambing hitam pun sudah di skenario kan oleh cacing, untuk mengantisipasi jika terjadi kebocoran informasi. lalu di ajaknya kelompok itik untuk ikut bermain membantu mencairkan bantuan hibah tersebut, saat bantuan hibah tersebut berhasil di cairkan ada beberapa itik yang tidak mendapatkan bagian, sehingga itik tersebut berteriak dan menyerukan bahwa ada cacing dalam permasalah ini.

cacing pun memerintahkan kepada bebek dan itik yang sudah loyal kepada nya untuk membungkam itik yang teriak tersebut.agar teriakkan sang itik tidak terdengar sampai ke ayam kampung dan koloni semut dan jika masih berteriak maka itik tersebut harus di korban kan dan dijadikan tersangka agar tidak lagi menggangu kelakuan sang cacing.akhirnya sang kodok yang sedikit mengetahui pun ikut bersuara, akan tetapi cacing tidak menghiraukan suara para kodok-kodok tersebut, walaupun ada beberapa kelompok semut yang menerima statement yang di lontarkan sang kodok, tatapi sang cacing tak bergeming karena mereka tahu kekuatan kodok tidak cukup besar untuk menjatuhkan ayam horn dan para bebek, dan mereka hanya bisa bersuara saja untuk mendapatkan perhatian koloni semut.saat bebek-bebek yang telah membantu cacing di usik oleh teriakan bebek lain dan di dukung oleh kodok-kodok yang tidak mendapatkan jatah dari cacing, sang itik meminta bantuan beberapa kodok yang tidak ada hubungan dengan cacing untuk mengungkap kasus yang telah dilakukan bebek, dimana bebek telah bersekutu dan sekongkol dengan cacing,

cacing meminta bantuan kepada beberapa bebek yang menjadi sekutu nya untuk mengorbankan dirinya menjadi kambing hitam terhadap permasalahan yang terjadi agar koloni semut dan ayam kampung pun puas, dan bebek tersebut akan di berikan fasilitas penuh serta kenyamanan selama menjalani pemeriksaan dan hukuman yang di jatuhkan dari para itik-itik, asal kan tidak menyebut bahwa cacing lah yang melakukan ini semua. ayam horn selaku pemimpin negeri hewan pun sibuk menginstruksikan kepada para bebek yang menjadi pembantunya untuk selalu menjaga citra dan popularitasnya di mata seluruh semut, intinya agar kasus-kasus yang di hadapi oleh bebek yang lain tidak akan mencoreng citra kepemimpinan ayam horn. bebek yang di korbankan untuk menjadi kambing hitam dalam kasus cacing pun ikut menyeret beberapa itik, karena ada beberapa itik yang ikut berkompromi dengan bebek yang bermasalah, sehingga instansi yang di pegang sang itik pun semakin tersudut karena di kompori oleh kodok-kodok yang melihat kondisi instansi itik sudah tidak becus dalam menyelesaikan kasus. akibatnya sebagian semut meminta kepada ayam horn untuk merombak instansi itik.saat sang itik merasa terjebak dengan keadaan, akhirnya sang itik berteriak lantang, dengan membeberkan sebagian kondisi yang seharusnya rakyat semut tidak boleh tahu bahwa yang melakukan semuanya ini adalah cacing, akhirnya cacing pun langsung cepat menghilang dan meminta perlindungan dari para bebek, terutama bebek yang dekat sekali dengan ayam horn sambil mencari siasat untuk menghilangkan jejak petualangannya.

Akhirnya ayam horn sebagai pemimpin negeri hewan ikut berbicara dalam permasalahan yang terjadi, karena desakan dan dorongan dari para bebek-bebek agar melindungi dan menutupi kelakuan cacing, karena jika bebek tersebut tersangkut perkara, maka citra ayam horn akan semakin terpuruk dan jelek di mata seluruh negeri hewan.tak lama cacing pun berfikir, jika seluruh semut yang ada di negeri bedebah bersatu dan berhasil menjatuhkan rezim ayam horn dan pasukan bebek, maka cacing tidak akan mendapatkan apa-apa. akhirnya sang cacing memiliki ide cemerlang, yaitu dengan mengadu domba seluruh semut dan seluruh negeri hewan dengan cara, membayar kelompok semut garis keras untuk melakukan pengeroyokan kepada kelompok semut dan yang lain, dan juga pasukan bebek pun harus ikut serta memberikan statement terkait isu pengeroyokan tersebut agar sang kodok yang hanya mencari perhatian semut-semut ikut membuat penyataan sikap sehingga itik yang tidak bisa di ajak kerjasama pun akan semakin tersudut, karena sudah di nilai tidak becus melindungi seluruh penghuni yang ada di negeri hewan.

semakin ramai para kodok dan bebek mengeluarkan statement dan pernyataan dalam sebuah permasalahan, maka akan semakin bebas dan liar kelakuan sang cacing dalam mempermainkan negeri hewan. ayam horn pun sebenarnya sudah tahu apa saja yang di lakukan cacing, tetapi di biarkan saja, karena ayam horn mengetahui resiko yang akan di hadapi jika harus berhadapan dengan sang cacing. cacing pun sudah menantang ayam horn, tetapi yang di takuti sang cacing adalah teriakan ayam kampung dan serbuan dari koloni semut untuk menggulingkan si Ayam horn.

_inspirasi dari negeri tetangga sebelah_